Feeds:
Posts
Comments

Thank You Allah

Kembali lagi saya menulis di blog ini berdasarkan lirik sebuah lagu. Mengomentari dan belajar dari sebuah lagu (lirik tepatnya) menurut saya sah-sah saja, karena hal ini (hmm..lirik lagu ini) menjadi bukti bahwa setiap lagu yang baik mempunyai pesan yang akan disampaikan dan bersifat membangun (hmm..menurut saya lho inii). 🙂

Let us see the lyrics and try to get that point, and be a better person (lebay):

I was so far from you
Yet to me you were always so close
I wandered lost in the dark
I closed my eyes toward the signs
You put in my way
I walked everyday
Further and further away from you
Ooooo Allah, you brought me home
I thank You with every breath I take.

Alhamdulillah, Elhamdulillah

All praises to Allah, All praises to Allah
Alhamdulillah, Elhamdulillah
All praises to Allah, All praises to Allah.

I never thought about
All the things you have given to me
I never thanked you once
I was too proud to see the truth
And prostrate to you
Until I took the first step
And that’s when you opened the doors for me
Now Allah, I realized what I was missing
By being far from you.

Alhamdulillah, Elhamdulillah
All praises to Allah, All praises to Allah
Alhamdulillah, Elhamdulillah
All praises to Allah, All praises to Allah.

Allah, I wanna thank You
I wanna thank you for all the things that you’ve done
You’ve done for me through all my years I’ve been lost
You guided me from all the ways that were wrong
And did you give me hope

O Allah, I wanna thank you
I wanna thank You for all the things that you’ve done
You’ve done for me through all my years I’ve been lost
You guided me from all the ways that were wrong
I wanna thank You for bringing me home

Alhamdulillah, Elhamdulillah
All praises to Allah, All praises to Allah
Alhamdulillah, Elhamdulillah
All praises to Allah, All praises to Allah.

Artist: Maher Zain
Album: Thank You Allah
Copyright: Awakening Records 2009

Insha Allah

Curcol dikit yaa, saya mendapat link lagu ini dari seorang teman (thx to rime) disaat saya sedang membutuhkan motivasi yang sangat besar untuk membangun mental saya yg sedang down karena dikecewakan oleh sesuatu (fyuuh..panjang banget). Penasaran dengan lagu dan liriknya, akhirnya saya bukalah mereka (lhoh?) dan tradaaa! kata-katanya benar-benar membuat saya (mungkin kalian juga) merasa nyaman dan tidak kuatir. Benar-benar percaya bahwa Allah selalu ada, menyertai dalam setiap langkah ini, kita hanya perlu percaya padaNYA. Jalan hidup masing-masing orang memang berbeda, tapi percayalah semua itu memang yang terbaik untuk kita. 🙂

Let us see that lyrics:

ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh
bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu

reff:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan

every time you commit one more mistake
you feel you can’t repent and that it’s way too late
you’re so confused wrong decisions you have made
haunt your mind and your heart is full of shame

but don’t despair and never lose hope
’cause Allah is always by your side

reff2:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan

turn to Allah He’s never far away
put your trust in Him, raise your hands and pray
oh Ya Allah tuntun langkahku di jalanmu
hanya engkaulah pelitaku
tuntun aku di jalanmu selamanya

reff3:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way

Sebuah sms singkat yang di kirim seorang teman kepada saya. Memang hanya lirik dari sebuah lagu lama, tapi benar-benar menyentuh hati saya.

Ku tutup hatiku untuk namamu

Walaupun tangismu untukku

Biarku sendiri tanpamu lagi

Walaupun sepi kurasakan tanpa kau disini

Ku ingin kau jauh dari mataku

Agar tiada rasa benci

Kau pergi dariku

Tak usah kembali

Mungkin aku telah berubah untuk selamanya

Slamat tinggal masa lalu

Aku akan melangkah

Maafkanlah segala yang pernah kulakukan padamu

Dengarlah dengarlah kau disana

Ku kan melupakan tentangmu

Lihatlah lihatlah aku disini

Dunia pun telah mendua untuk selamanya


Memang menyakitkan. Kenangan tidak akan mudah untuk dihapuskan, hanya perlu disimpan dan biarlah menjadi hantu dalam sudut pikir, seperti kata Dee dalam bukunya perahu kertas,

Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan tidak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap menjadi hantu. Tidak akan pernah menjadi kenyataan.


Biarkanlah kenangan menjadikan kita lebih dewasa, karena tidak ada guru yang lebih baik selain pengalaman itu sendiri. Menunggumu (mungkin) sebuah kesalahan, tapi dari sanalah saya belajar sebuah kesabaran dan keikhlasan, dan ternyata tidak semudah yang saya (atau mungkin kamu) bayangkan.

It’s not time to make a change

Just relax–take it easy

You’re still young–that’s your fault

There’s so much you have to know

(Boyzone-Father and Son)

Sebuah Repost dari note salah seorang sepupuku..

Konon kabarnya, dia sampai begadang “nranslate” nya..hehe but, thx yaa.. ^^ silakan membaca…

Terjemahan dari :Eine Liebesgeschichte über die wunderschönste Liebe zweier Menschen!!!!

Sebuah cerita cinta mengenai kasih sayang kedua insan manusia

Cerita ini bukan mengenai Romeo dan Juliet juga bukan tentang Qais dan Laila. Apa yg ingin aku ceritakan pada kalian pada kesempatan ini ada kisah cinta yg mengagumkan yang pernah terjadi semenjak manusia pertama kali diciptakan hingga saat ini.

Kamu mungkin berfikir, apa hubungannya cerita ini dengan Islam?…

Tenang, cerita yg ingin aku sampaikan ini sepenuhnya halal, dan kamu insyaAllah juga akan setuju denganku! Dari cerita ini orang dapat mendefinisikan “Cinta”. Kita tidak akan menceritakan tentang sifat2 yg terdapat pada Romeo ataupun Juliet.

Pemeran utama dari kisah ini adalah nabi Adam (as) dan Hawa (as)… dan agar kita lebih mudah mengerti cerita ini, mari kita melompat waktu kembali kejaman berjuta juta juta (Allah knows best) tahun yang lalu, lebih tepatnya kembali ke waktu dimana Allah SWT pertama kali menciptakan manusia dari tanah liat. Seperti tertera di dalam Al-Quranul Karim yg terjemahannya kurang lebih:

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”(QS 55:14).

Allah SWT telah menciptakannya, membuatnya berdiri tegak, dan memberinya bentuk yang terbaik. Terancang dengan lengkap dan di posisikan diatas segala ciptaannya.

Adam (as) pernah tinggal di surga dan pada saat itu segala kebutuhannya telah tercukupi. Walau begitu beliau tetap merasa kesepian dan bosan. Memang hal ini terdengar seperti dongeng untuk anak-anak, tapi hal ini tertera di dalam hadist shahih . Beliau merasa ada yang kurang pada dirinya, beliau tidak bisa tinggal di surga sendirian. Dia merasa tidak lengkap, dia butuh keluarga, ketenangan, cinta, kasih sayang, suka cita, dst dan dia pun memohon kepada Allah SWT, apakah Allah SWT berkenan menciptakan seseorang dengan sifat2 seperti ini untuknya. Allah SWT lalu menciptakan Hawa (as) dari rusuk sebelah kiri nabi Adam (as).

“Dialah, yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu(Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya”(QS 7:189)

Pada point ini mari kita merenungkan sejenak, sebelum aku menceritakan lebih lanjut, karena cerita yang terdapat baik pada Al-Quran maupun Hadist bukanlah sesuatu yang tidak untuk disepelekan, melainkan untuk dimengerti dan diterapkan pada kehidupan kita sehari-hari.

Mengapa menurut kamu, Allah SWT menciptakan Adam (as) terlebih dahulu baru Dia menciptakan Hawa (as)? Mengapa Allah SWT tidak menciptakan keduanya secara bersamaan, toh hal itu bukanlah hal yg sulit bagiNya untuk dilakukan?. Mungkinkah (Allah SWT knows best) supaya Adam(as) merasakan apa itu kesendirian sehingga dia menyadari, bahwa hidup tanpa Hawa(as) adalah tidak mungkin?, yang bahkan surgapun tidak mampu mengisi kekosongan itu. Allah SWT mungkin (Allah knows best)ingin mengajari kita, bahwa pria tidak dapat hidup tanpa perempuan dan begitupula sebaliknya, perempuan tidak dapat hidup tanpa pria. Yang satu melengkapi yang lainnya. Seperti pecahan puzzle yang baru lengkap jika menyatu.

Dari sini kita dapatkan definisi seorang pria dan wanita dalam islam. Pria dan wanita adalah manusia yg asal muasalnya sama, yang pada dasarnya sama secara hak dan kewajiban, dengan tambahan tugasnya masing-masing, keduanya saling melengkapi yang tidak dimiliki oleh yang lainnya. Wanita adalah kunci dari kebahagiaan di dunia dan titik balik pria begitupula sebaliknya. Mengertikah kamu sekarang hadist yang menyebutkan bahwa pernikahan adalah setengah dari agama? Islam menyatukan kedua insan manusia, antara pria dan wanita. Kamu bisa sholat, berzakat, berpuasa di bulan ramadhan, membaca Al-Quran, dst. Tetap saja kamu tergolong “setengah” muslim. Setelah pernikahan maka kamu akan dapatkan setengah sisanya.

Andai saja hal ini dimengerti setiap manusia dan mengetahui bahwa yg lainnya adalah satu bagian penting dari dirinya, mungkinkah terjadi banyak perceraian seperti saat ini? Kalau setiap manusia mengerti, bahwa dia tidaklah lengkap, akankah dia mengabaikan bagian dari dirinya? Sehingga manusia pun akan mendasarkan hubungannya antar sesama manusia pada kasih sayang dan juga mengerti maksud Allah SWT di dalam al-Quran:

“Dan di antara tanda-tanda(kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.“(QS 30:21) Adam(as) diciptakan dari tanah/tanah liat. Tanah memiliki karakter yang keras dan kuat. Sedangkan Hawa(as) diciptakan dari tulang rusuk, sesuatu yang menunjang hidup, namun mudah patah. Tidakkah kamu sadari, jika masing-masing mengerjakan tugasnya maka saling melengkapilah mereka dan tidak akan pernah bertabrakan? Ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, ini adalah hukum dari Nya. Lalu mengapa beberapa orang masih saja berusaha menyamakan keduanya? Seperti keduanya itu sama? Lalu mengapa mereka disebut “pria“ dan “wanita”? Jika dianggap sama siapakah yang mengambil kartu yang buruk? Sayangnya selalu pihak wanita. alQuran menunjukkan pada kita perbedaan ini dengan satu contoh yang sangat indah dan membandingkannya dengan waktu. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran:

“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang apabila terang benderang, demi penciptaan laki-laki dan perempuan, sungguh, usahamu memang berbeda-beda”(QS 92:1-4)

Allah SWT memberikan kita perbandingan pada tugas dari waktu siang dan waktu malam. Waktu siang dan malam jika digabung akan berjumlah 24 jam. Pada beberapa musim terdapat saat-saat dimana siang lebih lama daripada malam dan begitupula sebaliknya. Walaupun begitu jika keduanya digabung tetaplah menghasilkan 24 jam. Keduanya memiliki tugas yang berbeda dan tidak ada seorangpun yang dapat mengabaikan salah satunya.

Hal ini difirmankan oleh Allah SWT pada beberapa ayat didalam alQuran: Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?”

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS 28:71-72)

Mari kita lanjutkan cerita ini. Kita tadi berhenti pada point dimana Allah SWT terlebih dahulu menciptakan Adam(as) sebelum Hawa(as) dan keduanya telah tinggal untuk beberapa waktu di surga hingga keduanya memakan buah dari pohon yang telah dilarang untuk didekati. Hukuman dari Allah SWT ketika itu adalah bahwa keduanya harus meninggalkan surga. Seperti yang kita ketahui, keduanya telah melakukan kesalahan, keduanya pun mendapatkan hukuman dari Allah SWT dan keduanya beberapa waktu kemudian mendapatkan ampunan dari Nya.

Allah SWT menurunkan nabi Adam (as) di daerah India dan Hawa (as) di daerah Jeddah (Saudi-Arabia). Keduanya pun saling mencari. Mereka tidak dapt hidup terpisah dan pada akhirnya keduanya pun bertemu. Dimana? Di Jabal-Rahmah sekitar 70 km dari Jeddah. Hal ini berarti bahwa nabi Adam harus berjalan dari India ke Saudi-Arabia dan telah menempuh ratusan kilometer, sedangkan Hawa(as) hanya 70 km. Mengapa begitu? Mungkin pria memang harus mengambil langkah pertama sedangkan wanita lah yang memberi keputusan final.

Hai Saudariku!!! Mengertikah kalian sekarang, mengapa para pria harus bersusah payah sebelum mereka mendapatkan kalian?? Mengertikah kalian mengapa? Setiap wanita adalah berharga baik di hadapan Allah SWT, di hadapan orangtuanya, maupun di hadapan suaminya. Janganlah puas jika hak kalian diambil namun jangan pula meminta lebih daripada hak kalian. Inilah hak-hak yang diberikan oleh Allah SWT kepada kalian dan jangan biarkan diri kalian di tipu. Hak kalian adalah pemberian dari Allah SWT bukan dari seorang manusia.

Karena itupula sungguh sulit dipahami mengapa beberapa pria bisa-bisanya menyakiti kalian dengan tangannya, seseorang harus berteriak di depan muka mereka dan berkata: bagaimana bisa kamu berbuat seperti ini, jika kake moyangmu dahulu, tanpa seorang wanita, bahkan tidak sanggup hidup di surga??? Bagaimana bisa kamu melakukan ini, jika kakek moyangmu dahulu harus berjalan ratusan kilometer hanya karena ingin bertemu dengan istrinya???

Nabi Muhammad (SAW) mendapatkan wahyunya yang pertama di gua Hira dan berlari kembali ke Mekah dengan rasa takut dan kepada siapakah dia kembali??? Tentu saja dia kembali kepada istrinya Siti Khadijah (ra), yang menyelimutinya dan selalu memberi dukungan kepada nabi Muhammad (SAW) hingga akhir hayatnya.

Pada penghujung cerita ini… yang terindah dari kisah cinta ini… adalah ketika malaikat bertanya kepada Adam (as), apakah dia mencintai Hawa(as), dia pun menjawab „ya, saya mencintainya“ dan ketika Hawa(as) mendapat pertanyaan yang sama dia menjawab „tidak“, walaupun pada dasarnya dia pun mencintai nabi Adam(as), seperti yang disampaikan nabi Muhammad (SAW).

Hati-Hati!!! Nabi Muhammad (SAW) tidak mengatakan bahwa Hawa (as) telah berbohong, pada saat dia menceritakan ini, dia berdasar pada karakter dasar seorang wanita begitupula dengan bagian sentimental yang mereka miliki. Ini bukanlah suatu kebohongan jika kita melihatnnya scara teliti. Islam memperhatikan bagian spesial dari wanita ini dan menyesuaikan norma-norma dan hukum-hukum padanya. Hal ini terlihat pada saat kesaksian yang mana diharuskan dua orang wanita untuk bersaksi dan tidak bolah hanya satu. Hal ini bukan karena mereka tidak bisa dipercaya, tapi justru karena Islam mengetahui perasaan mereka dari situasi2 yang serupa. Hal ini di katakan dalam alQuran:“Sehingga yang satunya mengingatkan yang lainnya“ sehingga yang satu dapat menguatkan (mendukung) yang lainnya dan secara islam adalah sesuatu yang buruk apabila perasaan mereka disakiti. Orang dapat membandigkan mereka dengan pot bunga yang sangat berharga dan mudah hancur dan untuk diperlakukan dengan penuh kasih sayang, seperti yang nabi Muhammad (SAW) telah ajarkan kepada para pria.

The End….

sebuah buku…

Suatu ketika di hari kebahagiaan sekaligus kesedihan saya (??hehe pas hari ulang tahun saya), tiba-tiba saya mendapat hadiah sebuah buku yang sangat menarik. Buku yang telah lama saya inginkan, dan dengan susah payah saya mencarinya, hingga akhirnya saya mendapatkannya dari seseorang yang tak pernah saya bayangkan. Entah bagaimana hadiah itu yang terlintas pada benak si pemberi yang baik hati (yang hingga sampai saat ini saya tidak tahu alasan pasti kenapa dia memberi saya hadiah, tapi toh orang tak perlu alasan khusus untuk memberi kan?), tapi yang saya tau, ”akhirnya buku yang saya inginkan itu menjadi kepunyaan saya”. (hehe mungkin sedikit egois). Tapi saya ga berani untuk bertanya lebih lanjut kepada si pemberi (hehe yang penting kan uda blng makasi)

Kembali ke topik, buku tersebut berjudul ”Hafalan Sholat Delisa” (ada yang pernah membacanya?atau minimal mengetahui sekilas?). Sebuah buku yang bagi saya cukup dengan sangat menginspirasi saya untuk berubah menjadi lebih baik. Saya merasa ”tertampar” (bukan dalam arti yang sebenarnya) oleh sosok utama dalam buku tersebut. Bagaimana bisa? Mungkin anda bertanya seperti itu, tapi entah kenapa saya merasakannya. Mungkin bagi anda yang pernah membacanya juga merasakan hal yang sama atau mungkin hanya berpikir,”itu hanya sebuah cerita”. Yaahh, sebuah kewajaran. 🙂 Dalam buku tersebut diceritakan bahwa ada seorang anak aceh (maaf sebut nama daerah) yang usianya masih kecil (parameter: usia saya, dan mungkin usia anda semua) dan sedang belajar bacaan sholat. Dia menghafal bacaan sholat yang bagi orang yang muslim yang lebih dewasa (hmm.. saya jg termasuk) adalah hal biasa yang selalu dibaca sehari-hari saat mendirikan sholat. Seorang anak yang menghafal bacaan sholat. Mungkin terdengar sangat sederhana dan tidak ada sesuatu yang membuat saya “tertampar”. Tapi begitulah yang saya rasakan. Anak tersebut (sebut saja Delisa,,bukan bunga lhoo) adalah anak bungsu yang tinggal di sebuah tempat di tepian pantai di sebuah daerah yang bernama Aceh. Ibunya (yang dipanggil umi oleh anak-anaknya) adalah seorang penjahit yang sekaligus merangkap sebagai seorang ibu rumah tangga (akan tetapi cukup menginspirasi saya untuk menjadi sosok ibu sepertinya) dan tinggal bersama anak-anak perempuannya (yaaa..delisa mempunyai 3 orang kakak perempuan yang bernama Fatimah, Zahra, dan Aisyah). Sedangkan sang ayah (bernama Abi Usman) bekerja di tanker perusahaan minyak internasional, yang hanya dapat “merapat” setiap tiga bulan (resiko bekerja offshore,tapi saya bermimpi untuk bisa merasakannya suatu hari nanti). Pada mulanya, Delisa menghafal bacaan sholat karena dia mendapat tugas menghafal dari guru di sekolahnya, selain itu dia ingin mendapatkan hadiah kalung dari sang bunda. Yaa…Umi memang selalu memberikan hadiah kalung untuk anak-anaknya yang dapat menghafal bacaan sholat. Ketiga kakak perempuan Delisa pun telah mendapatkannya. Akan tetapi, semakin hari, semakin mengertilah Delisa mengapa dia harus menghafal bacaan sholat itu. Dengan bersusah payah dia akhirnya berhasil menghafalkan bacaan sholatnya tepat pada saat ujian menghafal berlangsung. Hari yang bertepatan dengan adanya sebuah peristiwa yang tidak akan terlupakan bagi sejarah bangsa Indonesia, yaa..ujian menghafal tersebut berlangsung saat musibah tsunami melanda Aceh. Hingga saat saya membaca bagian ini, air mata saya sudah tumpah ruah, perasaan haru, sedih, bahagia (karena akhirnya Delisa sudah hafal). Saat Delisa maju dan mulai melakukan takbir, alam sudah mulai memperdengarkan tanda-tandanya. Gerakan demi gerakan sholat telah Delisa lalui, dan dia pun tak bergeming ketika sekelilingnya telah porak poranda. Dia tetap mendirikan sholatnya. Hingga saat dia hendak sujud, sujud sempurnanya untuk pertama kali (dan mungkin menjadi sesuatu yang tidak akan pernah dia lakukan lagi), tubuhnya terhempas dan lenyaplah keinginannya. Tsunami menghancurkan semua kebahagiaannya, tsunami memporak-porandakan daerah tersebut. Untungnya Delisa selamat, walaupun dia harus menelan kepahitan hidup. Salah satu kakinya di amputasi (Ya Alloh..bagaimana mungkin dia akan melakukan sujud sempurnanya?pada bagian ini, air mata saya sudah menghalangi pandangan saya untuk membaca)

Itulah sepenggal kisah tentang anak kecil yang masih polos yang sangat ingin memberikan sujud sempurnanya hanya karena-NYA.

Entahlah..mungkin saya tak begitu pandai meresume dan menggambarkan tentang buku ini, tapi saya merasa dengan yakin ingin merekomendasikannya bagi semua yang gemar membaca dan butuh motivasi untuk berubah menjadi lebih baik.

Yaaa…buku ini membuat saya sangat tertampar dan bertanya, ”Sudahkah saya melakukan sholat dengan niat ingin mempersembahkan sebuah sholat yang SEMPURNA untuk-NYA?” Dan ada satu hal lagi yang mengganjal dalam benak saya ketika saya mengakhiri membaca buku ini, benarkah apa yang tertulis dalam buku ini?atau ini hanyalah sebuah cerita motivasi? Jika cerita ini adalah BENAR, saya ingin sekali berjumpa dengan tokoh utama yang telah membuat saya merasa ”tertampar”. Adakah yang mengetahui apakah benar cerita dalam buku ini adalah kenyataan???

Sayatan..

sakit.

luka itu terbuka lagi.

entah apa yang buatku begini.

bukan waktuku lagi.

sakit.

airmata jatuh.

ingatan itu,

hapuskanlah.

pergilah.

aku tak kuasa….mengenangnya…

cukup…..

Tragedi Malam Tirakatan

Cerita ini bermula pada suatu malam,tepatnya pada tanggal 16 Agustus 2009, di sebuah rumah di daerah surakarta, dimana semua warganya sedang berkumpul di sebuah gang sempit dalam rangka tirakatan. Mari kita dengarkan kisahnya,

Seorang anak sedang menunggu kedatangan sang ayah dari bepergian keluar kota karna sebuah tugas kantor. Sang anak menunggu kedatangan sang ayah dengan cemas, karna sms terakhir yang diterima sang anak dari sang ayah adalah ayah mengambil pnenerbangan terakhir, yaitu jam 18.00. Menurut perkiraannya, sang ayah sudah tiba di bandara Adi soemarmo kira-kira pukul 19.00, tapi ternyata hingga pukul 20.00 sang ayah blum tiba juga. Kecemasan itu semakin terasa karna handphone sang ayah mati smua alias tidak dapat dihubungi. Padahal sang anak harus menghadiri acara malam tirakatan di kampungnya tersebut pukul 19.00. Akhirnya sang anak memutuskan untuk menghadiri acara tersebut terlebih dahulu, dia berpikiran,”halah..paling ntar ayah nelphon kalo g bawa kunci.”

Kira-kira sejam kemudian, dugaan sang anak benar, sang ayah menelepon dirinya. Anehnya,suara sang ayah terdengar cemas dan terburu-buru. Waduwh..da pa ni? (batin sang anak) brarti harus buru-buru pulang. Akhirnya setelah ijin sana sini, sang anak bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, dia mendapati ayahnya sibuk menelepon seseorang sambil berusaha membongkar-bongkar koper bawaannya. Begitu melihat sang anak datang, sang ayah langsung berkata dengan paniknya,”tulung bukakno pintu, ki koperq kethoke keijolan” (red: tolong bukain pintu, kayaknya koperq tertukar). Sambil bertanya-tanya (alias ngedumel gak jelas) sang anak membukakan pintu, setelah memasuki rumah, sang anak mencoba membuka kunci rahasia koper tersebut. Taaarrrraaaaaa……koper tersebut berhasil di buka (waaahhhh…sang anak pintar juga yaa??ato bakat terpendam jadi maling koper??auuww..). setelah dilihat ternyata emang benar, koper tersebut bukan milik sang ayah. Sebelumnya sang anak sudah curiga bahwa itu bukan koper sang ayah, karna koper tersebut terliat beda (menurutnya) dan ternyata benar (walah..dasar anak sok tau ni..hahaha).

Naahhh..setelah itu sang ayah berada dalam kepanikan tingkat tinggi, bagaimana tidak,,lha wong barang-barang penting untuk kantor (missal: cap, baju kotor..lhoh??g mungkin yaa..hehehe) dimasukkan dalam koper tersebut. Akhirnya sang ayah menghubungi bandara, tapi ternyata tidak ada yang mengangkat, lalu diputuskan untuk menunggu esok hari dan langsung pergi ke bandara lagi.

Tiba-tiba..Assalamualaikum..Pak, gmna kopernya?bener keliru pak? (lhaahh??bener kog kliru..piye toh wong iki??). Ternyata yang datang adalah teman kantor sang ayah yang menjadi tersangka (lhoh??),,yaa ternyata sang ayah tidak mengambil sendiri kopernya dari conveyor belt d bandara (hihihi kayak plajaran di tekkim,,hitung panjang conveyor..bla..bla..bla) melainkan diambilkan oleh temannya ini, dan sang ayah langsung percaya begitu aja tanpa ngecek ulang. Padahal ni, sebelum berangkat, sang ayah sudah repot-repot menandai koper dengan tali (warna emas ketip-ketip pula) di bagian pegangannya plus kertas tempelan warna putih yang gedhenya amit-amit dah. Waduwh..bapak-bapak jaman sekarang emang pelupa mungkin yaa..

Keesokan paginya di bandara…

Sang ayah menemui petugas bandara sambil menenteng koper temuannya tersebut, tak jauh dari sang ayah berjalan terlihat seorang bapak-bapak (kira-kira seumuran lah) berjalan menuju arah yang sama sambil menenteng koper yang berwujud sama. (coba bayangkan..bapak-bapak menenteng koper yang sama berjalan menuju tempat yang sama, dari arah yang berlawanan. Kayak ada kacanya gitu yaaaa..hahahaha)

Belum sampai tempat tujuannya, kedua bapak itu langsung tertawa dan langsung berkata, “salah koper ya pak?” (bersamaan pula..hahahahaha)

Ternyata benar, koper yang ditenteng sang bapak adalah koper milik sang ayah. Setelah mereka berkenalan, ternyata sang bapak itu,semalam, juga sedang pulang dari tugas kantor, dan koper tersebut diambilkan temannya dari conveyor belt bandara. Setelah dicek dirumah ternyata salah.

Waduhw….ternyata kejadian yang menimpa sang ayah merupakan cerita non fiktif dimana terdapat kesamaan cerita, tokoh dan tempat kejadian dengan sang bapak (halah..kyak tulisan diakhir pemutaran sinetron-sinetron aja).

Sang anak hanya bisa tertawa dan menggumam,”bapak-bapak jaman sekarang….ckckck..ampunilah!”

Buah Kesabaran

Suatu hari, seorang anak Abu Thalhah meninggal dunia. Lalu istrinya, Ummu Sulaim berpesan kepada keluarganya,”Jangan ada yang mengabarkan kepada Abu Thalhah, aku sendiri yang akan menyampaikannya.”

Tak lama kemudian, datanglah Abu Thalhah. Seperti biasa, sang istri menghidangkan makan malam sehingga ia makan dan minum. Kemudian Ummu Sulaim berhias dengan dandanan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Sampai akhirnya keduanya “berkumpul” di malam itu.

Setelah yakin suaminya kenyang dan puas dengan pelayanannya, dengan hati-hati ia berkata,”Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum yang meminjam barang kepada orang lain, lalu suatu ketika si pemilik memintanya kembali, pantaskah mereka menolaknya?” Abu Thalhah menjawab,”Tentu tidak pantas.” Ummu Sulaim berkata,”Begitu juga yang terjadi pada anakmu, ia telah diminta oleh Yang Meminjamkannya.” Maka Abu Thalhah marah dan berkata,”Engkau biarkan aku dalam keadaan begini, baru kau kabarkan tentang keadaan anakku?” Dia pun kemudian datang kepada Rasulullah saw untuk mengadukan peristiwa yang baru saja terjadi.

Mendengar penuturannya, Rasulullah saw bersabda,”Semoga Alloh memberkahi kalian berdua di malam itu.” Dari hubungan di malam itu, Ummu Sulaim hamil.

Apabila Rasulullah saw safar, Abu Thalhah senantiasa menyertai beliau dan ia tidak pula meninggalkan istrinya. Ketika Rasulullah saw telah dekat dari kota Madinah, Ummu Sulaim merasakan tanda-tanda melahirkan, sehingga Abu Thalhah terhalang untuk mengikuti Rasulullah saw karena menjaga istrinya. Sementara Rasulullah saw melanjutkan perjalanannya.

Abu Thalhah berdoa,”Wahai Rabbku, sesungguhnya Engkau tahu bahwa saya ingin sekali selalu keluar bersama Rasul-Mu ketika beliau keluar dan ingin selalu masuk bersama beliau saat beliau memasuki suatu negeri. Dan sekarang saya tertahan untuk menyertai beliau sebagaimana yang Engkau lihat.”

Ummu Sulaim berkata,”Wahai Abu Thalhah saya tidak lagi merasakan tanda-tanda melahirkan, lanjutkanlah perjalananmu.”

Beliaupun akhirnya berangkat. Maka ketika mereka kembali, Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki. Ummu Sulaim menyuruh Anas membawa bayi itu kepada Rasulullah saw. Nabi meminta diambilkan kurma Ajwah Madinah, beliau kunyah hingga lumat, lalu beliau ambil dan beliau masukkan ke mulut bayi itu. Melihat bayi itu menggerak-gerakkan mulutnya, beliau bersabda,”Lihatlah, begitu sukanya orang Anshar terhadap kurma.” Kemudian beliau usap wajah si bayi dan beliau beri nama ‘Abdullah’.

Sufyan berkata,”Seseorang dari Anshar berkata,”Aku menyaksikan mereka berdua memiliki sembilan orang anak yang kesemuanya hafal Al-Quran.”

cerita tersebut saya kutip dari sebuah majalah yang saya dapatkan dari seorang teman. Sungguh cerita yang sangat menginspirasi (bukan karena “berkumpul”nya lho,,belum saatnya. hahaha), tapi menginspirasi saya untuk kembali mengingat, betapa segala sesuatu yang saya miliki saat ini, detik ini, hanyalah titipan, bahkan setiap hembusan nafas saya ini adalah titipan dan kemurahan hati dari Sang Khalik. Menginspirasi saya untuk selalu bersyukur, sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan ini dan percaya kepada-Nya, bahwa segala sesuatu hanya DIA-lah yang Maha Mengetahui.

Allahuakbar!

raibnya si ijo

Cerita ini bermula ketika seorang mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi negri yang mendapati keganjilan yang terjadi di kamar kosnya. Kos-kosan yang sudah dianggapnya sebagai rumah keduanya tiba-tiba membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Lalu, apa yang membuatnya menjadi demikian?

Yaaa..ternyata ada sebuah keganjilan yang cukup membingungkan. Jaket angkatannya (termasuk jaket himpunannya,,karena tu jaket bolak-balik) tiba-tiba raib entah kemana. Yang membuat ganjil adalah, jaket tersebut (sebut saja si ijo) tiba-tiba raib saat si mahasiswi itu pergi sebentar beli makan. Hal yang aneh lagi, ijo raib ketika di kosan tersebut sedang tidak ada orang. Apakah dia diambil oleh si kolor ijo? (owh..tidaaaakk..!!)

Padahal seharian, mahasiswi tersebut memakainya, kemudian ditinggal beli makan sebentar saja, si ijo udah raib entah kemana.

Anehnya lagi, lepi kesayangannya (red: laptop) masih terduduk dengan manisnya di meja. Lhah,,inilah yang membuat si mahasiswi bingung dan merasa ganjil, ”kog bisa ijo pergi begitu aja, sedangkan lepi dengan nikmatnya duduk di meja?sebegitu pentingkah si ijo dibandingkan si lepi??”

Lalu kemana perginya si ijo..??

owh..ijo…I’ll be missing you…

(kog kayak judul lagu aja yaaa??hehehe)

NB: bagi yang menemukannya, dimohon dengan sangat dan teramat sangat untuk mengembalikan si ijo kepada sang pemilik, karena si ijo adalah teman yang sangat setia.

inilah foto terakhir dengan si ijo yang setia melindungi tubuh sang mahasiswi..


Gaudi..oh..Gaudi

Antonio Gaudi was born in Reus (Spain) in 1852. He was a very sickly child, and suffered from rheumatism. His personalty was very shy and reserved. From the beginning he had always been a remarkable drawer. This allowed him to make the illustrations of a school magazine called Arlequin.
Gaudi’s father had to sell some land properties to be able to pay the studies of Antonio and his brother. Gaudi was not a good student. His interests were beyond the academic studies. He was imaginative, revolutionary. Elies ogent, the director of the Architecture College, said once: “I don’t know if we’ve given the degree to a genius or to a lunatic. Time will give the answer”. His politic ideas were those of the Utopian Socialism. He worked as a draftsman for important architects. This was a positive step to get contacts for later works. After some works, Gaudy traveled to Paris. There, in an exposition, he met Eusebi Güell, a wealthy industrialist that became a friend and patron for Gaudi. In 1833 he accepted to lead the project “Templo Expiatorio de la Sagrada Familia” (“Expiatory Temple of the Sacred Family”). But Gaudi changed the project completely, and devoted to it all his time until he died.

Gaudi was a man who felt a great passion for his work, so much that he even lived inside the buildings while they were in construction.
He was mainly a creative genius. The imaginative shapes forged in iron in the balconies, the buildings or the furniture… all that was born from the mind of the genius. Gaudi was a visionary and a vanguard artist. He loved all the kinds of architecture: Classical, Arabian, Egyptian, Indian, Persian, Chinese, Japanese, Gothic, Baroque… He took elements from all that and merged them in his works, mixing, without following any rules or established conventions. He let his imagination fly, and that made his artworks so special and unique. His works were free and his fantasy knew no limits.
His inspiration had its source in Nature. Gaudi said that in Nature there were logical shapes, strength and beauty. There were many who criticized him for his freedom of thought and his vanguard art. All that was perceived as a menace and an offense. Gaudi was more than a modernist architect and a creator of trends. He was a great artist, and his art obsessed him completely. In 1926, in a June 7th, he went for a walk like all days, and was run over by a streetcar. He was carrying no documents to identify him. His clothes were old, and had not very good appearance, so they thought he was a beggar, and took him to a Hospital for poor people. A priest recognized him. Three days after, he died.
Between his most remarkable works there are: Casa Vicens (1883–1885), Palau Güell (1885–1889), College of the Teresianas (1888–1890), Crypt of the Church of Colònia Güell (1898–1916), Casa Calvet (1899–1904), Casa Batlló (1905–1907), Casa Milà (La Pedrera) (1905–1907), Park Güell (1900–1914), and Sagrada Familia (1884–1926), although this last one is still in construction.

Antonio Gaudi, one of the most brilliant architects that have ever been.

ANTONI GAUDÍ (1852-1926)


Yaaa…sedikit kutipan artikel yang saya ambil dari sebuah alamat website (maaf, tidak mencantumkan alamatnya) karena saya sangat tertarik dengan hasil karya Mbah Gaudi yang sangat artistik dan unik. Mungkin saya bukan orang yang mengerti tentang seni dan bukan orang yang bergerak pada bidang tersebut, tapi saya pernah berkeinginan untuk menjadi sepertinya, seorang arsitek. (hehe sudah saya pendam dalam-dalam keinginan itu).

Andaikan saya masih sempat bertemu dengannya dan berguru padanya….

Akan tetapi dia termasuk orang yang saya kagumi karyanya dan seseorang yang membuat saya ingin berkunjung ke tempat dimana hasil karyanya tersebut berdiri dan dirawat.

Yaaa..dirawat!

Kritikan atau lebih tepatnya masukan untuk tanah airku tercinta agar lebih merawat dan melestarikan hasil kesenian pribumi. Entah apapun hasil karya itu, bagaimanapun juga, kesenian pribumi adalah aset negara yang tidak dapat diperjual belikan. (betul??)

Ciri khas dari sebuah negara yang tidak dimiliki oleh negara lain. Apa jadinya jika negara kita tidak punya keunikan dan kekhasan sendiri??lalu dimana letak kebanggaan anak bangsa??

(hmm..tapi saya cukup bingung apakah hal ini berlaku juga untuk ciri yang tidak baik?seperti korupsi mungkin..??hmm..entahlah)